cursor

Rabu, 13 November 2013

Patofisiologi MATA

PATOFISIOLOGI PENYAKIT MATA 1. KONJUNGTIVITIS Konjungtivitis merujuk pada peradangan selaput mata (conjunctiva), lapisan terluar mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. >Macam-macam: A. Konjungtivitis Gonokokal -Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. -Orang dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika sperma yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. -Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik. B. Konjungtivitis Vernalis -Konjungtivitis vernalis adalah salah satu bentuk dari konjungtivitis yang disebabkan oleh faktor alergi, disamping juga dipengaruhi oleh faktor, yakni; iklim, usia, dan jenis kelamin.penyakit ini biasanya mengenai pasien muda antara 3-25 tahun. -Pada laki-laki biasanya dimulai pada usia dibawah 10 tahun. -Pada umumnya penderita konjungtivitis vernalis mengeluh gatal, mata merah, dan mengeluarkan sekret atau kotoran. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. >Gejala: -Mata terasa kasar dan gatal, merah dan mungkin berair. Kelopak mata mungkin menempel sewaktu bangun tidur. Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. -Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi. -Gejala lainnya adalah: -mata berair-mata terasa nyeri-mata terasa gatal-pandangan kabur-peka terhadap cahaya-terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari. >Masa Inkubasi: Waktu terekspos sampai kena penyakit 1-3 hari. >Pencegahan: -Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya dengan bersih. -Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit. -Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya. -Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya 2. CHALAZION -Kalazion disebut juga meibomian gland lipogranuloma, yaitu kista di kelopak mata disebabkan oleh inflamasi akibat adanya pembuntuan dari kelenjar meibom, biasanya terjadi di kelopak mata bagian atas. -Kalazia berbeda dengan Hordeolum  subacute dan biasanya berupa nodul yang tidak sakit, biasanya di dalam kelopak mata. -Kalazion  pembesaran nodulnya lambat, disebabkan karena inflamasi dan obstruksi dari kelenjar sebasea. -Jika Kalazia terjadi secara berulang maka perlu dievaluasi sebagai keganasan. >Patofisiologi: Terjadi karena adanya pembuntuan dari kelenjar meibom dan sebasea sehingga terjadi akumulasi sekresi  reaksi jaringan granulasi dan inflamasi kronik  edema, membesar, tidak begitu sakit, akut dibanding Hordeolum. >Pemeriksaan Fisik: -Pembengkakan kelopak mata, terdapat nodul, tidak merah, tidak fluktuatif, tidak nyeri, tidak tahan terhadap cahaya. -Di dalam kelopak mata terdapat gambaran nodul diameter ± 7-8 mm. -Konjungtiva kadang kemerahan. >Penyebab -Pembuntuan disebabkan karena: *Higiene kelopak mata yang buruk *Seborrhea *Acne rosacea *Chronic blepharitis (peradangan pada kelopak mata, biasanya pada folikel rambut dari bulu mata) *Konsentrasi lemak darah yang tinggi (pembuntuan kelenjar sebasea) *Leishmaniasis *TB *Immunodeficiency *Viral infection *Carcinoma 3. HORDEOLUM -Hordeolum adalah infeksi atau inflamasi dari tepi kelopak mata melibatkan folikel bulu mata (hordeolum eksterna) atau melibatkan kelenjar meibom(hordeolum internal). -Gejala: nyeri, kemerahan dan terlokalisasi  edema dari kelopak mata. -Pada hordeolum eksternal: purulen, hordeolum internal: supuratif >Patofisiologi: -Karena infeksi Staphylococcus aureus (pada 90-95% kasus). -An external hordeolum arises from a blockage and infection of Zeiss or Moll sebaceous glands. An internal hordeolum is a secondary infection of meibomian glands in the tarsal plate. Both types can arise as a secondary complication of blepharitis. -Untreated, the disease may spontaneously resolve or it may progress to chronic granulation with formation of a painless mass known as a chalazion. Chalazia can be quite large and can cause visual disturbance by deforming the cornea. -Generalized cellulitis of the eyelid may occur if an internal hordeolum is untreated. -Most morbidity is secondary to improper drainage. Proper technique and drainage precautions are described in Treatment. -Patients usually complain of a localized painful swelling on one eyelid. -In some cases, the complaint may start as a generalized edema and erythema of the lid that later becomes localized. -A history of similar problems is common. -Constitutional signs and symptoms are inconsistent with a hordeolum diagnosis. In extreme cases, the infection can spread to involve the entire lid and even the periorbital tissues. Such cases do not respond to normal hordeolum management and must be managed as periorbital cellulitis. >Pemeriksaan Fisik: -Completely examine the area around the orbit, the eye, and the conjunctival surface. Carefully inspect the underside of the eyelid to avoid missing an internal hordeolum. -Examination reveals a localized tender area of swelling with a pointing eruption either on the internal or on the external side of eyelid. See the images below. -Occasionally, the hordeolum points on both sides. -Infection of conjunctiva is a common secondary finding. -Examination of preauricular nodes can help to identify spread of the disease beyond a simple hordeolum. Nodes should not be swollen in patients with a simple hordeolum. -No intraocular pathology should be found. -Presence of fever or distant nodes indicates systemic disease. >Causes: -Staphylococcal organisms are the most common causes of eyelid infections, but other organisms may be involved. -Hordeola are found more frequently in persons who have the following: Diabetes -Other debilitating illness -Chronic blepharitis -Seborrhea -High serum lipids (High lipid levels increase the blockage rate of sebaceous glands, but lowering of serum lipid levels in these patients has not decreased frequency of recurrence.) 4. KERATITIS Keratitis is a condition in which the eye's cornea, the front part of the eye, becomes inflamed. The condition is often marked by moderate to intense pain and usually involves impaired eyesight. May cause feelings of scratching each time individual blinks eye >Causes: Keratitis has multiple causes, one of which is an infection of a present or previous herpes simplex virus secondary to an upper respiratory infection, involving cold sores. >Pathogens -Amoebic keratitis. Amoebic infection of the cornea is the most serious corneal infection, usually affecting contact lens wearers.[2] It is usually caused by Acanthamoeba. On May 25, 2007, the CDC issued a health advisory due to increased risk of Acanthamoeba keratitis (AK) associated with use of Advanced Medical Optics (AMO) Complete Moisture Plus Multi-Purpose eye solution.[3] -Bacterial keratitis. Bacterial infection of the cornea can follow from an injury or from wearing contact lenses. The bacteria involved are Staphylococcus aureus and for contact lens wearers, Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa contains enzymes that can digest the cornea.[4] -Fungal keratitis (cf. Fusarium, causing recent incidences of keratitis through the possible vector of Bausch & Lomb ReNu with MoistureLoc contact lens solution) -Viral keratitis -Herpes simplex keratitis (dendritic keratitis). Viral infection of the cornea is often caused by the herpes simplex virus which frequently leaves what is called a 'dendritic ulcer'. -Herpes zoster keratitis -Onchocercal keratitis, which follows O. volvulus infection by infected blackfly bite. These blackfly usually dwell near fast-flowing African streams, so the disease is also called "river blindness".[5] Other -Exposure keratitis — due to dryness of the cornea caused by incomplete or inadequate eye-lid closure. -Photokeratitis — keratitis due to intense ultraviolet radiation exposure (e.g. snow blindness or welder's arc eye.) -Ulcerative keratitis -Contact lens acute red eye (CLARE) — a non-ulcerative sterile keratitis associated with colonization of Gram-negative bacteria on contact lenses. -Severe allergic response may lead to corneal inflammation and ulceration (i.e. vernal keratoconjunctivitis).[6] -Feline eosinophilic keratitis — affecting cats and horses; possibly initiated by feline herpesvirus 1 or other viral infection.[7] 5. GLAUKOMA -Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. -Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. >Faktor risiko: -Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Bagi Anda yang berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun. -Faktor risiko: *Riwayat glaukoma di dalam keluarga. *Tekanan bola mata tinggi *Miopia (rabun jauh) *Diabetes (kencing manis) *Hipertensi (tekanan darah tinggi) *Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk) *Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya *Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama *Lebih dari 45 tahun >Jenis-jenis glaukoma: -Glaukoma Sudut-Terbuka Primer (Primary Open-Angle Glaucoma) Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang paling umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga risiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen. :Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut (Acute Angle-Closure Glaucoma) -Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat. Bila Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata Anda. -Glaukoma Sekunder (Secondary Glaukoma) Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut Glaukoma Kongenital (Congenital Glaukoma) -Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya. >Gejala: -Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain : bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di sekitar neon tersebut, mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak, penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal, rasa ingin mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan. -Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa ia sudah menderita penyakit mata yang kronis. -Penyakit mata glaukoma ini dapat diderita kedua mata dari si penderita dan jalan satu-satunya untuk mengatasi penyakit ini adalah dengan operasi. 6. PENYAKIT MATA LAIN -Miopi Miopi yakni seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak jauh. Biasanya terjadi pada pelajar dapat dibantu dengan kacamata berlensa cekung. -Hipermetropi yaitu seseroang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat dari mata. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa cembung. -Presbiopi Presbiopi adalah seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat maupun berjarak jauh.Dapat dibantu dengan kacamata berlensa rangkap. Biasa terjadi pada lansia. -Astigmatis = ketidakaturan lengkung - lengkung permukaan bias mata yang berakibat cahaya tidak fokus pada satu titik retina(bintik kuning). Dapat dibantu dengan kacamata slinder/Operasi refraktif. -Rabun senja Rabun senja adalah penyakit mata yang disebabkan karena mata kekurangan vitamin A. Penderita biasanya tidak bisa melihat pada saat sore hari saja. -Trakoma (menular) Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis yang berkembang biak di lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta bisa menular. Penyakit ini sering menyerang anak-anak, khususnya di negara berkembang. Memiliki gejala : mata memerah, mengeluarkan kotoran, pembengkakan kelopak mata dan kelenjar getah bening dan kornea terlihat keruh. -Blefaritis *Peradangan yang terjadi pada kelopak mata akibat produksi minyak berlebihan dan berasal dari lapisan mata. Gejala: mata merah, panas, nyeri, gatal, berarti, terdapat luka di bagian kelopak mata dan membengkak, bahkan rontoknya bulu mata. *Dakrosistitis *Penyakit mata yang disebabkan penyumbatan pada duktus nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air mata ke hidung). Penyumbatan disebabkan alergi sehingga menyebabkan infeksi di sekitar kantung air mata yang menimbulkan nyeri, warna merah dan bengkak, bisa mengeluarkan nanah dan mengalami demam. -Ulkus Kornea (UK) *Infeksi pada kornea bagian luar dan biasanya terjadi akibat jamur, virus, protozoa, atau beberapa jenis bakteri seperti stafilokokus, pseudomonas atau pneumokukus. Awalnya bisa karena kelilipan atau tertusuk benda asing. Penyakit ini bisa terjadi di seluruh permukaan kornea sampai bagian dalam dan belakang kornea. Ketika penyakit ini memburuk dapat menyebabkan komplikasi infeksi di bagian kornea yang lebih dalam, perforasi kornea (terjadi lubang), kelainan letak iris (Selaput pelangi) dan kerusakan mata. Memiliki gejala mata merah, gatal, berair, nyeri, muncul kotoran mata, peka pada cahaya, terdapat bintik nanah warna kuning keputihan pada bagian kornea, dan gangguan penglihatan. *Penanganan: Perlu melakukan pemeriksaan seperti tes refraksi, tes air mata, pengukuran kornea,dan tes respons refleks pupil. UK tingkat ringan dapat ditangani dengan tetes mata mengandung antibiotika, antivirus atau antijamur. Jika berat mungkin memerlukan pembedahan untuk pencangkokan kornea. 7. KATARAK -Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika tidak diobati. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain. -Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran. bila tidak diobati, katarak dapat menyebabkan glaukoma. >Gejala: -Penderita katarak akan mengalami pengelihatan yang buram, ketajaman pengelihatan berkurang, sensitivitas kontras juga hilang, sehingga kontur, warna bayangan dan visi kurang jelas karena cahaya tersebar oleh katarak ke mata. Tes sensitivitas kontras harus dilakukan dan jika kekurangan sensitivitas kontras terlihat makan dianjurkan untuk konsultasi dengan spesialis mata. -Di dunia berkembang, khususnya di kelompok berisiko tinggi seperti penderita diabetes, disarankan untuk mencari konsultasi medis jika 'halo' yang terjadi disekitar lampu jalan di malam hari, terutama jika fenomena ini tampak hanya dengan satu mata. -Gejala-gejala katarak sangat mirip dengan gejala citrosis mata. >Penyebab: -lampu celah foto pemburaman kapsuler anterior terlihat beberapa bulan setelah implantasi lensa intraokular di mata, gambar diperbesar -Katarak berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya ultra violet, radiasi, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut, atau trauma(dapat terjadi lebih awal), mereka biasanya akibat denaturasi dari lensa protein. faktor-faktor genetik sering menjadi penyebab katarak kongenital dan sejarah keluarga yang positif juga mungkin berperan dalam predisposisi seseorang untuk katarak pada usia lebih dini, fenomena "antisipasi" dalam katarak pra-senilis. -Katarak juga dapat diakibatkan oleh cedera pada mata atau trauma fisik. Sebuah studi menunjukan katarak berkembang di antara pilot-pilot pesawat komersial tiga kali lebih besar dari pada orang-orang dengan pekerjaan selain pilot. Hal ini diduga disebabkan oleh radiasi berlebihan yang berasal dari luar angkasa. Katarak juga biasanya sering terjadi pada orang yang terkena radiasi inframerah, seperti para tukang (meniup)kaca yang menderita "sindrom Pengelupasan". Eksposur terhadap radiasi gelombang mikro juga dapat menyebabkan katarak. Kondisi atopik atau alergi yang juga dikenal untuk mempercepat perkembangan katarak, terutama pada anak-anak. -Katarak dapat terjadi hanya sebagian atau penuh seluruhnya, stasioner atau progresif, keras atau lembut. -Beberapa obat dapat menginduksi perkembangan katarak, seperti kortikosteron dan Seroquel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar